Translate

Senin, 08 April 2013

PERSPEKTIF INTERAKSIONIS


http://rizkynovitasari.blog.uns.ac.id/
Perspektif ini tidak menyarankan teori-teori besar tentang masyarakat karena istilah “masyarakat”, “negara”, dan “lembaga masyarakat” adalah abstraksi konseptual saja, sedang yang dapat ditelaah secara langsung hanyalah orang-orang dan interaksinya saja.
Para ahli interaksi simbolik seperti G.H. Mead (1863-1931) dan C.H. Cooley (1846-1929) memusatkan perhatiannya terhadap interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan, bahwa orang-orang berinteraksi terutama dengan menggunakan simbol-simbol yang mencakup tanda, isyarat, dan yang paling penting, melalui kata-kata tulisan dan lisan. Suatu kata tidak memiliki makna yang melekat dalam kata itu sendiri, melainkan hanyalah suatu bunyi, dan baru akan memiliki makna bila orang sependapat bahwa bunyi tersebut memiliki suatu arti khusus.
W.I. Thomas (1863-1947) mengungkapkan tentang Definisi suatu situasi, yang mengutarakan bahwa kita hanya dapat bertindak tepat bila kita telah menetapkan sifat situasinya. Berger dan Luckman dalam bukunya Social Constructions of Reality (1966): Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif, dalam arti orang, kelompok, dan lembaga-lembaga adalah nyata, terlepas dari pandangan kita terhadap mereka.
Akan tetapi, masyarakat adalah juga suatu kenyataan subjektif, dalam arti bagi setiap orang, dan lembaga-lembaga lain tergantung pada pandangan subjektif orang tersebut. Apakah sebagian orang sangat baik atau sangat keji, apakah polisi pelindung atau penindas, apakah perusahaan swasta melayani kepentingan umum atau kepentingan pribadi. Ini adalah persepsi yang mereka bentuk dari pengalaman-pengalaman mereka sendiri, dan persepsi ini merupakan “kenyataan” bagi mereka yang memberikan penilaian tersebut.
Para ahli dalam bidang perspektif interaksi modern, seperti Erving Goffman (1959) dan Herbert Blumer (1962) menekankan bahwa orang tidak menanggapi orang lain secara langsung; sebaliknya mereka menanggapi orang lain sesuai dengan “bagaimana mereka membayangkan orang itu.”
Pendekatan interaksionis yang dianut oleh Berger adalah pendekatan dimana memandang masyarakat sebagai realitas obyektif dan realitas subyektif atau pendekatan yang menjembatani antara makro dan mikro, pendekatan yang menjembatani pendekatan organis yang dianut Emile Durkheim dan pendekatan individualistik yang dianut Max Weber. Pendekatan ini menegaskan bahwa realitas kehidupan sehari-hari pasti memiliki dimensi-dimensi obyektif dan subyektif. Masyarakat lewat norma-norma, aturan-aturan atau yang disebut dengan fakta sosial itu mengatur tiap-tiap individu untuk tetap teratur dan disiplin untuk bertingkah laku sesuai dengan fakta sosial yang ada di masyarakat tersebut. Masyarakat disini membentuk individu-individu itu sendiri. Sejak masa kecil, individu-individu ini mengalami proses internalisasi atau sosialisasi yang membuat individu-individu ini menjadi anggota dari suatu masyarakat tertentu. Individu-individu ini diperkenalkan dengan nilia-nilai dan norma-norma yang ada dari masyarakat tersebut dari orang tuanya atau dari orang yang intensif bertemu dengannya atau orang-orang yang berpengaruh dalam dunia sosial obyektif itu yang bertanggung jawab atas proses sosialisasi kepada anak tersebut. Nilai-nilai dan norma-norma yang berasal dari orang lain itu ditangkap atau ditafsirkan oleh si anak sebagai realitas obyektif yaitu sebagai suatu tingkah laku yang harus dan yang baik dilakukan dalam suatu masyarakat tersebut. Individu-individu ini tenggelam dalam kenyataan masyarakat sehingga dia harus melakukan apapun sesuai dengan aturan masyarakat itu. Masyarakat disini juga sebagai tertib dari tindakan individu ini, bahwa keteraturan harus ada dalam diri tiap individu untuk masyarakat yang telah terinstitusionalisasi.
Akan tetapi, manusia tidak seluruhnya ditentukan oleh lingkungan dalam masyarakat. Masyarakat bukan hasil akhir, tetapi masyarakat itu adalah sebuah proses dalam kehidupan sosial. Pada dasarnya , manusia memiliki kehendak bebas atas dirinya sendiri, memiliki ego masing-masing yang berbeda dari satu sama lain. Manusia tidak sama seperti robot, yang akan terus menurut dan tunduk apabila diberi perintah.


DAFTAR PUSTAKA


Hoton, B. Paul dan Chester L. Hunt. Sosiologi. Jakarta: Erlangga 
M. Poloma, Margareth. 1984. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar