Ketika
kulihat para wajah murung yang menatap hitam masa depan, tak ada sedikitpun
terlintas sebuah tampang wajah berdosa pada mereka. Tapi dibalik wajah itu
tersembunyi sekian banyak rahasia-rahasia besar yang telah dilakukan. Setiap
detik menanti belaian kasih sayang yang akan datang dan mengusap pipi yang
setiap detik basah oleh air mata. Pelukan hangat selalu dirindukan setiap malam
untuk melindungi dari dingin angin malam bui, setidaknya sebuah ketenangan
untuk menghadirkan mimpi indah seperti dulu saat mereka masih tertawa lepas
dalam indahnya kesemuan dunia.
Kini
semua keindahan dan kebebasan telah musnah. Hanya rasa sakit, pedih, serta
penyesalan yang selalu menghantui setiap detik waktu yang dijalani. Tatapan
kosong, teringat dosa besar yang telah diperbuat. Andai dapat dibasuh dosa itu
berapa kalipun akan dilakukan asal dia hilang tak berbekas. Merindu masa indah
bersama-sama mereka yang mencintai.
Andai tak tergadai waktu itu, tapi kini nasi telah menjadi bubur. Waktu yang
indah terlanjur tergadai, hanya kematianlah alat penebus satu-satunya.
Siksa
hidup sangat berat terasa, belum siksa batin yang selalu mencambuk,
berulangkali dan bertubi-tubi. Tak ada rasa ampun tak peduli lelahnya jiwa
menanggung semua ini. Ingin rasanya waktu terulang kembali maka tak akan ada
kesalahan sama yang terjadi. Masih pantaskah Tuhan berada disetiap hati itu.
Bila hukuman dunia telah terlaksana apakah hukuman di alam akhirat masih tetap
menimpa. Sungguh iblis telah meracuni hati-hati yang lalai pada Tuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar