Saya bertanya kepada emak, “mana yang
menjadi pilihan hati, orang yang menyayangi atau yang kita sayangi?”
Mak menjawab,”dua-duaya bukan...”
Saya tercengang... Mak
megukir senyuman.
“Pilihan hati mak adalah yang
menyayangi kita karena Allah..” Saya menarik
nafas dalam-dalam..
”bagaimana kita tahu orang itu sayang
kita karena apa?”
mak diam sekejap berfikir dan kemudian tersenyum. Rasanya mak
dapat menebak apa yang sedang bermain dalam hati anak perempuannya. Mana
mungkin saya mampu menyembunyikan rahasia hati dari mak sedangkan sekilas saya
pun mak mampu membacanya.
”yang paling tahu hanya Allah..”mak
merenung dalam-dalam wajah anaknya. ”Karena hanya Allah yang mampu membaca hati
hambanya..” mak menyusun ayat-ayatnya. ”Dan keikhlasan karena Allah itu akan
tampak keberkataannya tanpa perlu ditonjolkan oleh seorang itu..”
Saya memintas,”Tak faham..”
Mak menyambung ”Cinta di jalan
Allah..Bertemu karena sama-sama mencari ridla Allah..”Mak menyambung
lagi,”Begini, setiap insan yang bergelar manusia telah Allah ciptakan
berpasang-pasangan. Rasa ingin
dikasihi antara seorang suami dan isteri suatu fitrah. Otomatis bisa ada daya tarikan magnet
itu..”
Wajah saya merah, sedikit cemas jika
mak dapat mengesan gelora jiwa muda ini... Mak menyambung ”Setiap manusia telah
Allah tetapkan rezeki, jodoh dan maut sejak zaman azali... Persoalannya...
Siapakah jodohnya itu..?” mak berhenti seketika. Saya tunduk malu, coba
menyembunyikan rasa panas pipi. Emak pura-pura tidak melihat.
”Nak, mak dulu masa remaja ada
pangeran pribadi... Rajin betul dia kirim surat... Masa itu mak sudah tahu
bahwa yang bercinta sebelum kawin tibak halal... Dan masa itu mak tekad tak mau
melyani sebab mak takut arwah kakekmu kena siksa dalam kubur... Mak sadar mak
anak yatim, anak orang miskin, kakak beradik banyak... Mak ingin belajar
sungguh-sungguh. . Lama kawan itu tunggu mak..
”Akhirnya mak beri keputusan, mak
hanya akan membalas cinta dia jika dia sah suami mak.. Dan dia memang
bukan jodoh mak, maka tak pernah dia menerima balasan cinta itu.” Mak merenung
jauh. Saya merapatkan badan kepada emak, semakin berminat dengan kisah lama
mak..
”Mak memang tak ada perasaan pada dia
kah?”saya menyoal sambil memandang tajam wajah mak. Emak ketawa kecil.
”Walaupun mungkin ada,mak tak pernah beri peluang pada diri mak untuk
menyatakan perasaan itu...
Mak takut kepada Allah. Mak bukan seperti
rekan sebaya mak yang lain...mak, sepertimu..” mak memandang saya sambil
memegang pipi dan dagu saya.
Kemudian tangannya mengusap rambut di
kepala saya.
”Mak anak ustdz ustdzah.. Tapi zaman
itu ustdz ustdzahnya masih berkebaya pendek dan ketat. Mungkin berkat doa
keturunan sebelum ini yang soleh-soleh, hati mak tertarik sangat pada agama
walaupun tiada yang mendorong.. Di sekolah, mak pelajar pertama yang
berkerudug.. Mak membawa imej agama. Kawan-kawan dan guru-guru panggil mak
dengan gelaran mak Aji.. Sebab zaman itu akhir 70-an dan awal 80-an tak banyak
yang berkerudung menutup auratya... Zaman kerudug tipis dan nampak jambul. Kemudian
sedikit-sedikit ikut berkerudung.
Akhinya kami semua dipanggil di
kantor. Kami dimarahi guru karena berkerudung sesuai dengan syariat sedangkn
ustdzah kami berkerudug tapi nampak jambulnya..”
Emak melempar pandangan ke lantai.
”Selepas itu ustdzah jumpa kami secara sendirian. Ustdzah, kata dia ’tak mampu untuk pakai
seperti kami’. Dia suruh kami teruskan..” sambung emak. Kisah silam perjuangan
emak di sekolah dahulu sedikit-sedikit mak ceritakan pada saya.
Itulah juga salah satu inspirasi
kepada saya untuk bangkit lagi setiap kali terjatuh ketika berjuang di sekolah
dulu.
”Mungkin karena kepribadian mak, mak
menjadi tempat rujukan kawan-kawan mak... Jadi, bila mak akan ambil suatu
tidakan, mak harus fikir betul-betul apakah tindakan mak itu akan menyebabkan
Allah marah atau tidak. Ayah mak dosa tidak? Dan maruah pembawa agama terinjak tidak?Kalau mak
membalas cinta si lelaki tadi, bermakna mak sedang menconteng arang di
muka-muka pembawa-pembawa agama. Orang akan
pandang sinis terhadap orang yang berkerudung sedangkan kesilapan itu hanya
satu dua orang yg buat. Besar fitnah akan timbul apabila menengambil ringan batas syariat duhai anak..”
mak menelan air liurnya. Saya diam. Fikiran saya sedang coba memahami maksud
mak saya
ADAKAH SUATU DISKRIMINASI????
“Nak..Jatih cinta perkara biasa. Bila kita jatuh cinta pada seseorang, itu
tandanya ada suatu keistimewaan pada seseorang itu. Apa lagi orang yang kita
jatuh cinta itu... di atas jalan dakwah ini.
Tetapi kita harus ingat. Kita tak akan dikawinkan dengan
seseorang atas sebab jatuh cinta atau saling mencintai. Berpacaran jadinya
mungkin, yang tak halal itu. Tetapi bukan berkawin...
Karena kita berkawin dengan jodoh kita,
jodoh yang Allah telah tetapkan sejak azali. Dan tak mustahil orang yg kita
paling benci itulah jodoh kita yang kita akan dikawinkan dengannya.”
Tiba-tiba air mata saya mengalir. Argh! Ego
saya kalah bila mendengar hujah emak. Emak maneruskan,
”Allah maha adil,,Dia tak pernah menzalimi
hambaNya.. Sesungguhnya yang selalu menzalimi hambaNya ialah diri hamba itu
sendiri. Sebabnya hamba itu curang. Dia maukan yang buan haknya, yang bukan
milik dia.
MENCINTAI
SESEORANG TIDAK SEMESTINYA MEMILIKINYA.
Dalam Islam, kita di ajar untuk saling
mencintai antara satu samalain seperti mencintai diri sendiri. Jadi apa bila
kita mencintai saudara sama-sama perempuan, kita bebas peluk dia. Tetapi bila dengan lelaki, kita ada
batas-batasnya.
Orang kafir bilang batas-batas ini suatu diskriminasi,
tetapi sebenarnya batas-batas syariat itulah yang memelihara kehormatan seorang
lelaki dan seorang perempuan.
Coba kamu renungkan, kita mengenali seorang
insan yang amat baik semurna agamanya dan rajin. Lalu kita jatuh hati padanya. Ditakdirkan
jodohnya dengan insan lain, kita pula dengan yang lain. Tetapi itu tidak bermakna ukhuwah antar
kita dan dia terputus... Kita dan dia
sama-sama mencari ridha Allah. Kita dan dia masih bisa sama-sama bekerjasama
untuk mencari ridha Allah.
Perbedaannya, dia halal untuk isterinya
sedangkan utuk kita, dia tetap lelaki ajnabi seperti awalnya..” emak berhenti
seketika....
BUKAN LUAR BIASA
”...jadi di sini mak mau kamu faham, jatuh
cinta bukan perkara luar biasa. Dan berkawin pun bukan suatu jaminan untuk tak
jatuh cinta pada lelaki atau peremuan lain. Karena itulah banyak isteri yang curang,
suami yang curang. Ada orang tukar pasangan, macam tukar baju.
Apa yg penting ialah kita perjelaskan pada
diri kita supaya setiap kali kita jatuh cinta, jatuh cinta itu karena jatuh cinta kepada Pencipta dia. Kita
beri tahu pada diri kita berulang kali kalau kita mencintai Allah, karena itu
kita mencintai si dia.
Letakkan Allah sebagai batasan hati kita,
segala perkara yang kita sayangi dan cintai termasuk mak abah adalah karena
mencintai Allah.
Dan apabila kita membemci seseorang atau
sesuatu, beritahu kepada dira sendiri berulang kali kalau kita benci
sekian-sekian hal semata-mata karena
Allah. . .”
”Hati kita ini walaupun dalam dada kita
sendiri, ia tetap bukan milik kita. Kita tak mampu untuk mengawalnya. Hanya Allah yang bisa mengawalnya.
Sebab itu kita perlu dekatkan diri dengan
Allah. Sebab kita ingin
dia pegang kukuh hati kita. Bila Dia pelihara dan masuk dalam hati kita, itulah
nikmat lezatnya cinta. Masaitu biarpun satu dunia menyakiti kita, kita tak rasa
sakit sebab kita asyik dengan nikmat cinta kepada Allah.....
Bercinta dengan Allah sangat berbeda
daribercinta dengan manusia. Karena tentulah pengalaman bercinta dengan lelaki
kaya, rupawan, sempurna dan bijaksana tak sama rasanya bercinta dengan lelaki
miskin, bodoh, cacat dan dungu..
Betapa nikmatnya cinta Allah, hanya mereka
yang pernah merasai saja yang mampu mengerti.”
RIDHA
”Walau siapa pun jodoh yang Allah hantarkan untuk kamu,
terimalah dengan ridha. Tak mustahil dia adalah orang yg kita benci.
Kalau yang kamu sayang, tak jadi hal lah.
Tapi kalau dapat yang tidak kamu ingini, lantaran kelemahah yg ada pada dia,
ingatlah bahwa dalam diri setiap insan telah Allah ciptakan dengan kelebihan
masing-masing.
Dan mungkin kamu ada kekuatan yang dapat
mengubah sang lelaki tadi supaya hidup dia bermakna dan mungkin kamu saja yang
mampu mengangkat kelebihan yang ada pada dia.
Mungkin juga si lelaki ini ada sesuatu
kelebihan yang kamu sangat-sangat perlukan yang satu dunia tak mampu memberi
pada kamu. Alangkah beruntungnya kalau kamu mengerti setiap pemberian Allah dan
belajar untuk bersyukur....”
Sekali lagi beruraian air mata saya turun.
Terasa lemah lutut untuk berdiri.
Emak memeluk erat. Pelukan emak sangat
kuat.
”Emak sudah didik anak emak dari belum
lahir untuk mencintai Allah. Sekarang emak serahkan anak emak yang emak sayang
sangat ini pada Allah untuk Dia pelihara..”
Emak mengakhiri kata-katanya dengan suara
sebak dan air mata yang mengalir ke bahu saya...
***
Mutiara Amaly Vol 60 & 61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar