Translate

Sabtu, 30 Juni 2012

CINTA



“Ketika cinta dipertaruhkan, ketika ketulusan dipertanyakan, dan ketika ekonomi dijadikan sebuah pertimbangan”. Miris memang mendengarkan penggalan kata “ekonomi dijadikan sebuah pertimbangan” dari situlah terjadi berbagai macam hal yang tak rasional.
Terguncang sangat jiwaku ketika kutulis dan kususun penggal demi penggal kata ini. Seakan terobek-robek hatiku,


begitu miris melihat tata cara pikir mereka para manusia yang mengagungkan harta dunia mereka. Menutup mata, hati, dan telinga seakan sudah menjadi hal yang lumrah. Mereka seakan buta dan tuli padahal mereka diciptakan dalam keadaan sempurna tanpa cacat. Mereka sia-siakan hidup yang singkat ini dengan hal yang bersifat sementara saja.....
Mereka tak membawa dan menerapkan agama dalam hidup mereka. Agama hanyalah suatu aliran yang tak lebih untuk mengisi kolom agama dalam KTP, hanya demi mendapat pengakuan secara hukum dan pengakuan masyarakat. Lalu kemana mereka memohon, bersimpuh, menangis, merajuk ketika mereka sendiri dalam sepi.?? Lalu siapa yang menguasai hati mereka.?? Dan apakah mereka mendapatkan kebahagiaan atau malah kehampaan yang mereka rasakan.??
Masalah sosial kian merajalela dan dianggap sudah hal yang biasa serta bukan lagi menjadi sebuah rahasia dalam masyarakat. Gelandangan, pengemis, perampokan, pembunuhan, bunuh diri, aborsi, pembuangan dan penjualan bayi, mempekerjakan anak dibawah umur sudah menjadi berita sehari-hari dan menjadi topik yang tak pernah absen dimedia cetak maupun elektronik.
Ketika sebagian orang membanting uang untuk berfoya-foya, sebagian lagi membanting tulang demi sesuap nasi untuk dapat bertahan hidup. Ketika sebagian orang erlawa terbahak-bahak dibawah kemewahan dan gemerlap dunia , sebagian lagi menangis dibawah kemiskinan yang menjerat ditengah gemerlap dunia. Ketika sebagian orang menikmati rumah yang bak istanah sebagian yang lain dari mereka harus menggigil kedinginan di dalam rumah mereka yang terbuat dari kardus atau bahkan mereka tidur beratapkan langit dan bercahayakan bulan. Ketika sebagian orang membuang bayi mereka atau bahkan membunuh bayi-bayi yang telah mereka lahirkan, sebagian lagi setiap malam mereka berderai air mata untuk meminta dikaruniai bayi. Itulah sebagian potret kehidupan yang memilukan.
Mungkin saat kita para manusia pandai bersyukur atas apa yang dimiliki dan atas keadaan yang dijalani hal-hal yang tak layak untuk dilakukan itu akan hilang dengan sendirinya. Alangkah indahnya  jika mereka saling menghargai dan membantu sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, hingga terjadi sebuah keseimbangan yang sempurna...

Namun ketika hal-hal itu terjadi siapakah yang patut disalahkan.???
Banyak dari mereka yang menyalahkan Tuhan, tapi sesungguhnya Tuhan telah memberikan rizki dan anugrah sesuai dengan kepastiannya yang telah ditentukan oleh-Nya. Sesungguhnya Dia tak pernah memberi ujian melebihi dari kemampuan kita hamba-Nya. Sebagian lagi menyalahkan pemerintah, lalu turun kejalan dan melakukan aksi demo pemrotesan. Sebagian lagi menyalahkan takdir, namun takdir dapat diubah ketika kita melakukan usaha. Tetapi memang usaha ataupun cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai titik yang lebih tinggi berbeda-beda. Seseorang tak pernah selamanya berada dibawah ketika kita melakukan usaha untuk meraih titik lebih tinggi darititik dimana kita berdiri saat ini.
Jadi, jangan terpuruk ketika kamu jatuh, namun lekaslah bangkit ketika kamu terjatuh jangan pernah menjadikan itu suatu masalah karena masalah terjadi ketika kita menunda untuk menyelesaikan masalah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar