“Ketika cinta dipertaruhkan, ketika ketulusan dipertanyakan, dan ketika ekonomi dijadikan sebuah pertimbangan”. Miris memang mendengarkan penggalan kata “ekonomi dijadikan sebuah pertimbangan” dari situlah terjadi berbagai macam hal yang tak rasional.
Terguncang
sangat jiwaku ketika kutulis dan kususun penggal demi penggal kata ini. Seakan terobek-robek
hatiku,
begitu miris melihat tata cara pikir mereka para manusia yang mengagungkan harta dunia mereka. Menutup mata, hati, dan telinga seakan sudah menjadi hal yang lumrah. Mereka seakan buta dan tuli padahal mereka diciptakan dalam keadaan sempurna tanpa cacat. Mereka sia-siakan hidup yang singkat ini dengan hal yang bersifat sementara saja.....
begitu miris melihat tata cara pikir mereka para manusia yang mengagungkan harta dunia mereka. Menutup mata, hati, dan telinga seakan sudah menjadi hal yang lumrah. Mereka seakan buta dan tuli padahal mereka diciptakan dalam keadaan sempurna tanpa cacat. Mereka sia-siakan hidup yang singkat ini dengan hal yang bersifat sementara saja.....
Mereka tak
membawa dan menerapkan agama dalam hidup mereka. Agama hanyalah suatu aliran
yang tak lebih untuk mengisi kolom agama dalam KTP, hanya demi mendapat
pengakuan secara hukum dan pengakuan masyarakat. Lalu kemana mereka memohon,
bersimpuh, menangis, merajuk ketika mereka sendiri dalam sepi.?? Lalu siapa
yang menguasai hati mereka.?? Dan apakah mereka mendapatkan kebahagiaan atau
malah kehampaan yang mereka rasakan.??
Masalah sosial
kian merajalela dan dianggap sudah hal yang biasa serta bukan lagi menjadi
sebuah rahasia dalam masyarakat. Gelandangan, pengemis, perampokan, pembunuhan,
bunuh diri, aborsi, pembuangan dan penjualan bayi, mempekerjakan anak dibawah
umur sudah menjadi berita sehari-hari dan menjadi topik yang tak pernah absen
dimedia cetak maupun elektronik.
Ketika sebagian
orang membanting uang untuk berfoya-foya, sebagian lagi membanting tulang demi
sesuap nasi untuk dapat bertahan hidup. Ketika sebagian orang erlawa
terbahak-bahak dibawah kemewahan dan gemerlap dunia , sebagian lagi menangis
dibawah kemiskinan yang menjerat ditengah gemerlap dunia. Ketika sebagian orang
menikmati rumah yang bak istanah sebagian yang lain dari mereka harus menggigil
kedinginan di dalam rumah mereka yang terbuat dari kardus atau bahkan mereka
tidur beratapkan langit dan bercahayakan bulan. Ketika sebagian orang membuang
bayi mereka atau bahkan membunuh bayi-bayi yang telah mereka lahirkan, sebagian
lagi setiap malam mereka berderai air mata untuk meminta dikaruniai bayi. Itulah
sebagian potret kehidupan yang memilukan.
Mungkin saat
kita para manusia pandai bersyukur atas apa yang dimiliki dan atas keadaan yang
dijalani hal-hal yang tak layak untuk dilakukan itu akan hilang dengan
sendirinya. Alangkah indahnya jika
mereka saling menghargai dan membantu sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial
antara si kaya dan si miskin, hingga terjadi sebuah keseimbangan yang
sempurna...
Namun ketika
hal-hal itu terjadi siapakah yang patut disalahkan.???
Banyak dari
mereka yang menyalahkan Tuhan, tapi sesungguhnya Tuhan telah memberikan rizki
dan anugrah sesuai dengan kepastiannya yang telah ditentukan oleh-Nya.
Sesungguhnya Dia tak pernah memberi ujian melebihi dari kemampuan kita
hamba-Nya. Sebagian lagi menyalahkan pemerintah, lalu turun kejalan dan
melakukan aksi demo pemrotesan. Sebagian lagi menyalahkan takdir, namun takdir
dapat diubah ketika kita melakukan usaha. Tetapi memang usaha ataupun cara yang
dilakukan seseorang untuk mencapai titik yang lebih tinggi berbeda-beda. Seseorang
tak pernah selamanya berada dibawah ketika kita melakukan usaha untuk meraih
titik lebih tinggi darititik dimana kita berdiri saat ini.
Jadi, jangan
terpuruk ketika kamu jatuh, namun lekaslah bangkit ketika kamu terjatuh jangan
pernah menjadikan itu suatu masalah karena masalah terjadi ketika kita menunda
untuk menyelesaikan masalah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar