Translate

Rabu, 18 Juli 2012

MUNAJAT


“Ibu”... ketika nama itu kusebut dalam kesunyian malam, tiba-tiba air mata ini menetes tiada tertahan. Teringat akan senyuman indah yang tersungging dari bibirmu. Teringat pelukan hangat yang selalu kau tawarkan padaku. Teringat akan nada-nada tinggi ketika aku melakukan kesalahan. Dan teringat akan kasih sayang serta pengorbananmu pada anakmu yang selalu membebanimu ini.
Aliran peluhmu didahi, hembusan nafas yang tersangal-sengal, dan sayup matamu yang pancarkan kelelahan.
Masih teringat jelas dibenakku, dulu belaian tangan mu sangat halus bagai kapas. Tapi kini saat ku genggam tanganmu yang dulu terasa halus kini telah berubah menjadi kasar. Sungguh menyayat-nyayat batin ku ini ibu, untuk menjadi manusia yang lebih dapat kau andalkan ketika kau tak mampu lagi berdiri diatas kedua kakimu. Aku sadar benar kelak urat-urat mu akan melemah dan engkau butuh sandaran untuk melepas penatmu di dunia yang keras ini.
Ibu, maafkan anakmu ini yang terlalu menyia-nyiakan semua yang kau berikan. Uang yang kau cari dengan cara memeras keringat dan bernaung dibawah terik matahari, dengan sekejap aku hamburkan untuk memenuhi kebahagiaanku. Kebahagiaanku yang sebenarnya itu goresan luka batinmu.
Maafkan aku Ibu. Karena aku telah dibutakan oleh dunia yang fana ini. Aku hanya ingin mencari jati diri, tapi malah kebodohan yang kini ku miliki. Kebodohan yang membuat aku buta akan nikmat dan kebahagiaan yang Dia beri. Hingga aku mencari kebahagiaan yang semu dan merendahkan aku dihadapan-Nya.
Ibu maafkan aku bila kelak malaikat bertanya padamu akan dosa-dosa yang ku buat, dan engkau mendapatkan imbas akan dosa-dosaku itu. Saat kau dimintai pertanggungjawaban mendidikku. Biarkan aku saja yang menerima hukuman itu. Biar aku yang merasakan pedih yang aku buat sendiri.
Tuhan... ibu tak bersalah atas dosa-dosaku. Ibu telah mendidikku dangan kasih sayangnya. Ibu telah menanam benih-benih ketakutan akan dosa pada diriku ini, tapi aku yang lalai merawat dan menyiraminya. Hingga benih itu kini telah layu. Dan kini ku membutuhkan benih yang baru untuk mengganti benih yang layu itu. Ku harap Kau memberiku benih yang sama seperti benih yang ibuku tanam dulu pada diriku. Akan ku jaga dan tak akan kusia-siakan lagi. Tuhan aku berjanji tak akan kulakukan kesalahan untuk kedua kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar